Semenjak saya mengenal pelajaran sejarah di SMP, Saya selalu yakin karakter pembentuk pribadi bangsa secara fundamental dari latar belakang sejarahnya. Jadi setiap saya memulai belajar pasti hal yang saya buka adalah sejarah penemuannya. Hal ini selalu saya terapkan hingga duduk di bangku kuliah, senang rasanya punya 1 pemikiran dengan seorang guru besar (Bapak Febdian Rusydi) yang bisa membimbing saya, dalam teks booknya beliau berkata " Salah satu cara memahami sains adalah lewat sejarahnya". Nah tujuan saya memahami kuantum secara fundamental melalui sejarah atom akan saya ulas berikut ini :
Teori atom merupakan teori paling krusial sekaligus,
fondasi dasar terhadap pemahaman alam semesta.
Pada acara perkuliahan fisika dasar di California Institute
Of Technology (Caltech), Richard Feyman menyampaikan ulasan menarik mengenai
kedahsyatan teori atom.
" Seandainya terjadi malapetaka besar hingga semua
pengetahuan ilmiah hancur. Sesaat sebelum kehancuran, kita masih punya
kesempatan menulis kalimat pendek sebagai pesan untuk makhluk yang mungkin
hidup pada generasi berikutnya. Kalimat apa yang akan kita tulis???"
hmmm Pernyataan serupa pidato Feyman ini, sering juga saya
dengar secara langsung yaitu pada waktu kuliah fisika inti. Pidatonya sang
master sains (Bapak Adri Supardi) ketika akan menerangkan hukum paritas inti.
Nah sebagai murid yang manis, saya selalu pura-pura tidak
tahu dan sebagai pendengar yang baik kecuali saya merasa dibubuhi paku, baru
angkat bicara.
Kalimat pesan yang akan disampaikan tentu harus berisi
informasi terpadat dan dapat memacu peradaban generasi selanjutnya. Feyman
berpendapat kalimat itu adalah hipotesis atom.
Kenapa demikian? Karena segala sesuatu disusun oleh
atom-atom yang bergerak secara melingkar (perpetual motion), tarik
menarik ketika berdekatan tapi tolak menolak ketika dipaksa untuk saling lebih
dekat. Feyman, lecture on physics Vol 1
Berbeda dengan Bapak Adri, beliau menjawab "hukum
kekalan".
Menurut saya keduanya benar dan saling terkait, hanya untuk
ulasan Pak Adri mungkin harusnya ditambah "Hukum Kekekalan Atom". Hal
ini saya rujuk melalui pembagian pembahasan yang mengatur dinamika benda secara
makro dan mikro, memiliki perbedaan sangat konseptual atau fundamental.
Atom sudah ada sejak peradaban india yunani yang
melahirkan definisi atom secara filosofi. Salah satu filsof terkenal kala itu
ialah Leucippus dan muridnya Demokritus (460-370 SM). Menyatakan " Semua
materi terbentuk dari materi yang lebih kecil lagi yang disebut atom". Hal
demikian diamini oleh generasi selanjutnya yaitu, Plato dan Aristoteles.
20 abad kemudian barulah konsep atom ini dipahami secara
ilmiah oleh Antoine Lavoissier (1789), berdasarkan pengamatannya massa zat yang
bereaksi adalah sama. (Hukum kekalan massa, Hukum Lavoissier). Pada tahun
1799 Joseph Lois Proust mengamati bahwa perbandingan massa unsur penyusun
sebuah senyawa adalah tetap. Misal, perbandingan massa Nitrogen dan Oksigen
dalam senyawa NO selalu 14:16.
Dua hasil pengamatan Lavoissier dan Proust kemudian menjadi
dasar 3 postulat John Dalton (1808):
1.
Semua materi disusun
oleh atom. Atom tidak dapat dibagi lagi dengan sifat kimia yang sama.*
( * Jika atom dapat dibagi artinya penyusun
atom tidak memiliki sifat yang sama).
2.
Unsur yang sama
terbuat dari unsur yang identik. Unsur yang berbeda terbuat memiliki atom yang
berbeda. *
(* Sekedar mengingatkan dan sekaligus ingat2,
atom-atom yang sama akan bergabung membentuk unsure, unsur2 membentuk molekul
dan molekul2 membentuk senyawa).
3.
Reaksi kimia terjadi
ketika susunan atom-atom dalam senyawa yang terlibat ditata ulang.
Teori atom Dalton ini memberi kontribusi besar dalam
pembuatan tabel periodik oleh Dimitri Mendelev.
Pada tahun 1897 ditemukanlah adanya
elektron dalam atom oleh Joseph John Thomson (tahun 1906 berkat penemuan elektron
Thomson, meraih hadiah nobel) melalui eksperimen sinar tabung katoda. Menurut
Thomson:
1. Elektron merupakan komponen
pokok penyusun materi
2.Semua atom mengandung elektron
3.Atom terdiri atas materi
bermuatan positif dan elektron tersebar merata didalamnya. Secara keseluruhan
atom bersifat netral. Model atom Thomson ini disebut juga model
”plum-pudding” (roti kismis).
Pemodelan atom oleh Thomson ini,
menggunakan banyak hukum-hukum elekrostatis (penguraian secara matematisnya
akan diuraikan pada session selanjutnya).
Pada tahun 1910 Ernest Rutherford
bersama kedua orang asistennya, Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan
serangkaian eksperimen untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom.
Mereka menembak lempeng logam tipis (emas) dengan partikel sinar alfa berenergi
tinggi. Dari eksperimen mereka menemukan bahwa sebagian besar partikel alfa
dapat menembus logam tanpa mengalami pembelokan yang berarti, sebagian kecil
mengalami pembelokan yang cukup besar, dan beberapa diantaranya dipantulkan.
Penemuan ini spontan menyebabkan gugurnya teori atom Thomson. Dari penemuannya
Rutherford berasumsi:
1. Atom terdiri dari inti yang
bermuatan positif yang berada pada pusat atom. Massa atom terpusat pada inti.
2. Elektron bergerak mengitari inti
seperti halnya tata surya.(model atom planetarium, kalau saya berpendapat ya
mirip obat nyamuk)
Akan tetapi teori atom Rutherford
ini tidak sesuai dengan teori dinamika klasik yang menyatakan:
”Jika partikel bermuatan bergerak cepat maka partikel tersebut akan kehilangan energi dalam bentuk radiasi. Jadi, jika elektron bergerak mengelilingi inti, maka lama kelamaan elektron tersebut akan jatuh ke inti”.
”Jika partikel bermuatan bergerak cepat maka partikel tersebut akan kehilangan energi dalam bentuk radiasi. Jadi, jika elektron bergerak mengelilingi inti, maka lama kelamaan elektron tersebut akan jatuh ke inti”.
Karena belum bisa mejelaskan
kestabilan elektron mengelilingi inti atom mengakibatkan teori atom Rutherford
belum diterima pada saat itu. Selanjutnya teori atom Rutherford disempurnakan
oleh muridnya, yaitu Neils Bohr.
Perkembangan model atom Rutherford
Bohr inilah yang menandai masuknya konsep fisika modern, dalam teori atom.
Melalui kombinasi teori atom planetarium dan konsep kuantum Max Planck , yang menyatakan kuantisasi cahaya adalah
foton. Bohr mengasumsikan kuantisasi momentum sudut dan kuantisasi energi
Rydberg. Akibatnya, jari-jari orbit electron adalah tertentu sehingga tidak
memungkinkan electron jatuh ke inti. (Sampai tahap ini matematis masih dalam
tahap sederhana, karena masih menggunakan hukum-hukum mekanika klasik). Model
atom Rutherford Bohr ini menerangkan
spektrum atom Hidrogen. Menurut Bohr:
1. Elektron mengelilingi
inti pada lintasan tertentu (Elektron mempunyai orbit stasioner) yaitu lintasan
yang memberikan momentum sudut sebesar,
dengan h = tetapan Planck =
6,63 x 10-34J/s.
2. Energi elektron dalam
lintasan berbanding lurus dengan jarak lintasan dari inti. Makin jauh lintasan
dari inti, makin tinggi tingkat energi lintasan. Selama elektron berada pada
lintasannya elektron tidak melepas dan menyerap energi.
3. Jika elektron menyerap
energi maka elektron pindah ke lintasan yang tingkat energinya lebih tinggi.
Dan jika elektron pindah dari lintasan dengan tingkat energi tinggi ke lintasan
dengan tingkat energi rendah, maka elektron akan memancarkan energi dalam
bentuk radiasi.
Teori atom Bohr
ini menjadi penting karena telah berhasil menerangkan adanya tingkat tingkat
energi dalam atom Hidrogen. Akan tetapi, teori atom Bohr tidak dapat
menjelaskan spektrum atom berelektron banyak, efek Zeeman dan sifat
keperiodikan unsur. Untuk menerangkan kelemahan teori atom Bohr, maka lahirlah
teori atom baru ”Teori Atom Mekanika Kuantum” yang ditopang oleh hipotesa De
Broglie dan Azas ketidakpastian Heisenberg. Hipotesa De Broglie menyatakan
bahwa: ”elektron dalam atom dapat dipandang sebagai partikel dan sebagai
gelombang”, hipotesa ini tentu seperti kebalikan cara berfikir dari Max Plank.
Selanjutnya, azas ketidakpastian Heisenberg menyatakan: ”tidak mungkin
menentukan kecepatan sekaligus posisi yang pasti dari elektron dalam ruang,
yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak
tertentu dari inti” Daerah kebolehjadian menemukan elektron disebut orbital.
Keberhasilan Bohr mengawinkan
konsep elektrodinamika dan teori kuantum, membuka celah peradaban kuantum makin
berkembang kala itu. Pada tahun 1926, Erwin Schrodinger berhasil merumuskan
persamaan gelombang yang menggambarkan gerak elektron (orbital), dimana setiap
orbital mempunyai bentuk dan energi tertentu (energi diskrit). Persamaan dewa
ini lahir begitu saja dari kepala tuan Schrodinger dasar kerjanya hanya melalui
argument-argument empiris (trial and eror)
sisannya adalah hanya jadi cerita mistis, pada selang beberpa tahun barulah
dicari asal muasal dari persamaan dewa itu oleh Richard Feyman. Satu orbital
dapat ditempati oleh maksimal 2 elektron dengan atribut yang berbeda (eksklusi
Pauli). Kedudukan elektron dalam atom dijelaskan oleh 4 bilangan kuantum:
a)
bilangan kuantum utama
(n) yang menyatakan tingkat energi
b)
bilangan kuantum
azimuth (l) yang menyatakan orbital
c)
bilangan kuantum
magnetik (m) yang menyatakan orientasi orbital dalam ruang
d)
bilangan kuantum spin
(s) yang menyatakan spin elektron.
Semoga manfaat ^_^”
Untuk sejarah peradaban kuantum
maka dapat mengakses blog saya yang lain :
http://bandiyahsriaprillia-fst09.web.unair.ac.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar